ws rendra"sajak burung-burung kondor" w.s rendra"sajak bulan purnama" w.s rendra"sajak anak muda" w.s rendra"rumpun alang-alang" rajawali; w.s rendra"orang-orang miskin" w.s rendra"pamflet cinta" w.s rendra"nota bele : aku kangen" w.s rendra"lagu serdadu" w.s rendra"lagu seorang gerilya'' w.s rendra"kelelawar" w.s rendra "hai, kamu !" w.s Dansukmanya berubah menjadi burung kondor. Beribu-ribu burung kondor, berjuta-juta burung kondor, bergerak menuju ke gunung tinggi, dan di sana mendapat hiburan dari sepi. Karena hanya sepi mampu menghisap dendam dan sakit hati. Burung-burung kondor menjerit. Di dalam marah menjerit. Tersingkir ke tempat-tempat yang sepi. Burung-burung kondor PuisiSajak Sebotol Bir Karya W.S. Rendra - Tuban Bicara - Halaman 2. Sajak Burung-burung Kondor | W.S. Rendra Lyrics, Song Meanings, Videos, Full Albums & Bios. Burung bangkai - Song Lyrics and Music by Siksa Kubur arranged by Aday_Core on Smule Social Singing app. Puisiws rendra : Sajak Burung-burung Kondor. Angin gunung turun merembes ke hutan, lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas, dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau. Kemudian hatinya pilu melihat jejak-jejak sedih para petani buruh yang terpacak di atas tanah gembur namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya. Para tani buruh bekerja, Puisi37 : Sajak Burung-burung Kondor (W.S. Rendra) Yogya, 1973. Angin gunung turun merembes ke hutan, lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas, dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau. Kemudian hatinya pilu. melihat jejak-jejak sedih para petani buruh. yang terpacak di atas tanah gembur. puisi #wsrendra #musikalisasi #perlawanan BahasaIndonesia Wahana Pengetahuan : buku guru/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.--Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. x, 150 hlm. : ilus. ; 25 cm. Untuk SMP/MTs Kelas VII ISBN - (jilid lengkap) ISBN 978-602-1530-91-7 (jilid 1) 1. Bahasa Indonesia — Studi dan Pengajaran I. Judul II. Burungburung kondor menjerit di batu-batu gunung menjerit bergema di tempat-tempat yang sepi Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu, mematuki batu-batu, mematuki udara, dan di kota orang-orang bersiap menembaknya. Yogya, 1973 Potret Pembangunan dalam Puisi SAJAK GADIS DAN MAJIKAN Oleh : W.S. Rendra Janganlah tuan seenaknya memelukku. PotretPembangunan dalam Puisi ————-SAJAK BURUNG-BURUNG KONDOR. Oleh : W.S. Rendra. Angin gunung turun merembes ke hutan, lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas, dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau. Kemudian hatinya pilu melihat jejak-jejak sedih para petani - buruh yang terpacak di atas tanah gembur namun tidak memberi rindurendra #wsrendra #sajakburungburungkondorSAJAK BURUNG-BURUNG KONDOR (WS RENDRA) | BENAYA RYAMIZARD HAROBU #LombaVideoBacaPuisiRendra 293SAJAK BURUNG-BU jEn41. Angin gunung turun merembes ke hutan,lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas,dan akhirnya berumah di daun-daun hatinya pilumelihat jejak-jejak sedih para petani - buruhyang terpacak di atas tanah gemburnamun tidak memberi kemakmuran bagi tani - buruh bekerja,berumah di gubug-gubug tanpa jendela,menanam bibit di tanah yang subur,memanen hasil yang berlimpah dan makmurnamun hidup mereka sendiri memanen untuk tuan tanahyang mempunyai istana mereka menjadi emasyang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di bila mereka menuntut perataan pendapatan,para ahli ekonomi membetulkan letak dasi,dan menjawab dengan mengirim mengalirdari parit-parit wajah pagi sampai sore,rakyat negeriku bergerak dengan lunglai,menggapai-gapai,menoleh ke kiri, menoleh ke kanan,di dalam usaha tak hari senja mereka menjadi onggokan sampah,dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai,dan sukmanya berubah menjadi burung burung kondor,berjuta-juta burung kondor,bergerak menuju ke gunung tinggi,dan disana mendapat hiburan dari hanya sepimampu menghisap dendam dan sakit kondor dalam marah menjerit,bergema di tempat-tempat yang kondor menjeritdi batu-batu gunung menjeritbergema di tempat-tempat yang sepiBerjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu,mematuki batu-batu, mematuki udara,dan di kota orang-orang bersiap 1973Potret Pembangunan dalam Puisi Rendra 1935-2009 Angin gunung turun merembes ke hutan, lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas, dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau. Kemudian hatinya pilu melihat jejak-jejak sedih para petani & buruh yang terpacak di atas tanah gembur namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya. Para tani & buruh bekerja, berumah di gubug-gubug tanpa jendela, menanam bibit di tanah yang subur, memanen hasil yang berlimpah dan makmur namun hidup mereka sendiri sengsara. Mereka memanen untuk tuan tanah yang mempunyai istana indah. Keringat mereka menjadi emas yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa. Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan, para ahli ekonomi membetulkan letak dasi, dan menjawab dengan mengirim kondom. Penderitaan mengalir dari parit-parit wajah rakyatku. Dari pagi sampai sore, rakyat negeriku bergerak dengan lunglai, menggapai-gapai, menoleh ke kiri, menoleh ke kanan, di dalam usaha tak menentu. Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah, dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai, dan sukmanya berubah menjadi burung kondor. Beribu-ribu burung kondor, berjuta-juta burung kondor, bergerak menuju ke gunung tinggi, dan disana mendapat hiburan dari sepi. Karena hanya sepi mampu menghisap dendam dan sakit hati. Burung-burung kondor menjerit. Di dalam marah menjerit, bergema di tempat-tempat yang sepi. Burung-burung kondor menjerit di batu-batu gunung menjerit bergema di tempat-tempat yang sepi Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu, mematuki batu-batu, mematuki udara, dan di kota orang-orang bersiap menembaknya. Yogya, 1973 Sajak Burung-Burung Kondor Karya WS Rendra Angin gunung turun merembes ke hutan, lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas, dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau. Kemudian hatinya pilu melihat jejak-jejak sedih para petani – buruh yang terpacak di atas tanah gembur namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya. Para tani – buruh bekerja, berumah di gubug-gubug tanpa jendela, menanam bibit di tanah yang subur, memanen hasil yang berlimpah dan makmur namun hidup mereka sendiri sengsara. Mereka memanen untuk tuan tanah yang mempunyai istana indah. Keringat mereka menjadi emas yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa. Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan, para ahli ekonomi membetulkan letak dasi, dan menjawab dengan mengirim kondom. Penderitaan mengalir dari parit-parit wajah rakyatku. Dari pagi sampai sore, rakyat negeriku bergerak dengan lunglai, menggapai-gapai, menoleh ke kiri, menoleh ke kanan, di dalam usaha tak menentu. Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah, dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai, dan sukmanya berubah menjadi burung kondor. Beribu-ribu burung kondor, berjuta-juta burung kondor, bergerak menuju ke gunung tinggi, dan disana mendapat hiburan dari sepi. Karena hanya sepi mampu menghisap dendam dan sakit hati. Burung-burung kondor menjerit. Di dalam marah menjerit, bergema di tempat-tempat yang sepi. Burung-burung kondor menjerit di batu-batu gunung menjerit bergema di tempat-tempat yang sepi Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu, mematuki batu-batu, mematuki udara, dan di kota orang-orang bersiap menembaknya. WS Rendra, 1973